BACA JUGA:Ratu Dewa Ajak Masyarat Makmurkan Rumah Ibadah, Resmikan 3 Mesjid di Jumat Barokah
BACA JUGA:Berikut Penjelasan Kepala BNPT RI Jelaskan Soal Usulan Mekanisme Kontrol Rumah Ibadah
KH. Agok Syarifuddin menambahkan bahwa Islam mengajarkan pentingnya hidup berdampingan secara damai, bahkan dengan pemeluk agama lain.
Ia mengingatkan bahwa teknologi seharusnya dimanfaatkan untuk mempererat, bukan memecah belah.
“Media sosial bisa menjadi sarana dakwah damai jika digunakan dengan bijak. Jangan sampai anak-anak kita belajar agama dari sumber yang salah di internet,” ujar KH. Agok Syriffuddin, dai kondang Sumsel ini.
Para narasumber sepakat bahwa tantangan di era digital sangat kompleks, terutama karena kemudahan penyebaran informasi yang belum tentu benar.
Karena itu, mereka mendorong adanya literasi digital di lingkungan sekolah maupun masyarakat luas.
Yamin menyebutkan bahwa Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Biro Kesra telah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Kominfo dan BNPT, untuk menyebarkan kontra-narasi yang positif dan menekan penyebaran konten intoleran.
BACA JUGA:INNALILLAHI, Sosok Mal An Abdullah Ulama yang Dikagumi Lintas Agama dari Meranjat Ogan Ilir
BACA JUGA:Perayaan Natal di Rumah Ibadah Oikumene Kayuagung, Bukti Kerukunan Umat Beragama
Ia juga mengajak tokoh agama, masyarakat, dan pendidik untuk aktif memberikan edukasi kepada generasi muda, khususnya Gen Z, agar lebih bijak menggunakan media sosial.
“Anak-anak muda harus diberi pemahaman tentang bahaya ujaran kebencian dan pentingnya merawat toleransi. Kami juga mengadakan lomba video toleransi untuk pelajar dan mahasiswa,” ungkapnya.
Di akhir diskusi, seluruh tokoh agama sepakat bahwa menjaga kerukunan adalah tanggung jawab bersama. Pendidikan toleransi harus ditanamkan sejak dini, termasuk dalam sistem pendidikan formal dan nonformal.
“Digitalisasi tidak bisa dihentikan, tapi toleransi bisa kita rawat melalui cara kita berkomunikasi dan bersikap, baik secara langsung maupun di dunia maya,” pungkas KH. Agok Syarifuddin.