Namun kembali, dalam kondisi low light atau indoor, performanya menurun signifikan. Noise muncul di wajah, kontras menurun, dan tone kulit cenderung berubah tidak natural.
AI beautification yang terlalu agresif juga membuat hasil selfie terlihat tidak realistis jika tidak dimatikan secara manual.
Masalah ini menunjukkan bahwa POCO tampaknya masih memegang prinsip lama: menyuntikkan seluruh investasi pada performa inti sambil memangkas fitur kamera.
BACA JUGA:Update Harga Poco X7 Pro Juni 2025, Ponsel yang Tawarkan Performa Tinggi dan Fitur Unggulan
Strategi ini memang masuk akal untuk segmen pengguna tertentu terutama gamer dan power user tetapi mengabaikan fakta bahwa sebagian besar konsumen masa kini menuntut kualitas kamera yang seimbang.
Apalagi, kompetitor di kelas harga serupa mulai menonjolkan kamera sebagai nilai jual utama, seperti seri Realme GT Neo, Infinix GT 20 Pro, atau bahkan Samsung Galaxy A series.
Kritik terhadap kualitas kamera POCO F7 semakin terasa relevan ketika melihat bagaimana brand ini memposisikan produknya.
Dengan embel-embel “flagship killer”, pengguna tentu berharap pengalaman menyeluruh yang solid, termasuk di sektor kamera.
BACA JUGA:Tampil Stylish dengan Desain Ergonomis HP POCO C71 Mengusung Pilihan Warna Gradasi Cantik
BACA JUGA:POCO Pad Resmi Meluncur, Tablet Gaming Rp 3 Jutaan dengan Spesifikasi Gahar 'Pembunuh' iPad
Tapi dengan hasil gambar yang fluktuatif dan sensor pendukung yang terkesan asal tempel, sulit untuk mengklaim bahwa POCO F7 adalah ponsel serba bisa.
Kesimpulannya, POCO F7 bisa jadi pilihan terbaik untuk pengguna yang fokus pada performa dan gaming.
Namun bagi yang mencari pengalaman fotografi dan videografi yang stabil dan berkualitas tinggi, POCO F7 belum sanggup menjawab tantangan itu.
Kamera pada dasarnya bukan prioritas di perangkat ini dan itu sangat terasa ketika digunakan secara intensif di luar sekadar dokumentasi sehari-hari.