“Jika melewati waktu yang ditetapkan dapat dipastikan siswa kelas 12 di sekolah itu tidak dapat mengikuti ujian SNBP”, urainya.
Jika guru tidak melakukan pengisian PDSS maka otomatis ini merugikan siswa yang sudah berjuang dari kelas 10 untuk memperbagus nilai rapornya.
“Karena seleksi SNBP itu melihat rapornya dari kelas 10, bayangin guys perjuangan murid selama 3 tahun itu jadi sia-sia, hanya karena guruya lupa untuk melakukan finalisasi PDSS”, keluhnya.
Lalu pada saat siswanya melakukan protes ke guru-gurunya karena mereka nggak bisa ikut SNBP, tapi gurunya malah menjawab seperti ini?
“Tenang aja masih ada ujian SNBT kita kejar belajar bareng-bareng, lagian kalaupun ujian ujian SNBP kalian belum tentu lolos?”, ujar Tasya menirukan perkataan oknum guru.
Yup, gurunya jawab kayak gitu guys, ujian SNBP kalian belum tentu lolos?
“Belum tentu lolos? Kayak, jujur waktu aku tahu nggak bisa ngomong apa-apa lagi, kayak ibaratnya beliau yang salah tapi beliau yang bilang ya kalian kalau daftar SNBP ‘kan belum tentu lolos! Bilangnya kayak gitu”.
“Aku berharap saja semoga kasus seperti ini nggak terjadi berulang setiap tahunnya, dan semoga aja berkurang gitu kasus kasus seperti ni guys”, tandasnya.
Sementara di kolom komentar ramai netizen memberikan tanggapannya atas kasus finalisasi PDSS di sekolah:
"Belum tentu lolos, terus kalau lolos gimana?,” cetus akun @multiverslain.