Karier akademik Hamdan Juhannis terus bersinar.
Hamdan menjadi dosen sejak 1996 di kampus yang kini dipimpinnya, UIN Alauddin Makassar.
Berkat dedikasi dan kontribusinya di bidang pendidikan, ia meraih gelar Profesor di usia yang relatif muda, kurang dari 40 tahun.
Selain berkiprah sebagai akademikus, Hamdan juga dikenal sebagai penulis buku. Salah satu karyanya, "Melawan Takdir", diadaptasi menjadi film pada April 2018.
BACA JUGA:Ibu Rektor UIN Raden Fatah Antar Langsung Belasan Pelaku Penganiayaan Mahasiswa ke Polda Sumsel
BACA JUGA:Kakanwil Kemenkumham Sumsel Sambangi Rektor UIN Raden Fatah Palembang, ini yang di Bahas
Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar Majelis Wilayah Kahmi Sulawesi Selatan, menunjukkan kiprahnya di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Sorotan Publik dan Tantangan Hamdan Juhannis
Di balik prestasinya yang gemilang, sorotan tajam kini tertuju pada kepemimpinannya sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar.
Dugaan keterlibatan staf kampus dalam produksi uang palsu menjadi pukulan berat bagi institusi pendidikan yang dipimpinnya.
Publik menanti langkah tegas dari Hamdan Juhannis dalam menyelesaikan kasus ini, sekaligus menjawab tuntutan mahasiswa yang meminta ia mundur.
Meski dihadapkan dengan ujian berat, perjalanan hidup Hamdan Juhannis menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Dari anak desa yang hidup dalam keterbatasan hingga mencapai puncak akademik sebagai seorang profesor dan pemimpin universitas, ia telah membuktikan bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengubah nasib seseorang.