"Flayer seperti ini tidak sesuai dengan prinsip kami. Kami dari awal mengajak para paslon untuk bersaing secara sehat, dengan gagasan dan program yang jelas. Bukan dengan cara-cara yang bisa memecah belah masyarakat," tegasnya.
BACA JUGA:Redmi Note 14 Series: Smartphone Terbaru yang Tawarkan Fitur Premium dan Harga Terjangkau!
RDPS sendiri, melalui Kurnia, meminta agar lembaga penyelenggara Pemilukada melakukan investigasi mendalam terhadap flayer ini.
Hal ini dianggap perlu agar masyarakat mengetahui siapa sebenarnya yang memproduksi flayer tersebut dan menyebarkan berita hoaks yang merugikan pasangan RDPS.
"Kami meminta lembaga terkait, seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), untuk mengusut tuntas siapa yang berada di balik flayer ini. Investigasi ini penting agar publik tahu siapa yang memproduksi berita hoaks ini dan apa tujuannya," ungkap Kurnia.
Menutup pernyataannya, Kurnia menambahkan bahwa RDPS tidak akan terjebak dalam permainan isu negatif yang beredar di masyarakat.
BACA JUGA:Pemkab Muara Enim Pastikan Penerimaan PPPK Tahun Anggaran 2024 Sesuai Skala Prioritas
BACA JUGA:Cek Harga Terbaru Vivo V21: HP Mid-Range Tangguh Kini Sudah Turun Harga!
"Kami tetap pada komitmen untuk mengedepankan program dan gagasan. Apapun serangan negatif yang datang, kami akan tetap fokus pada tujuan kami, yaitu memajukan Palembang dengan gagasan yang solutif," tutupnya.
Pasangan Ratu Dewa dan Prima Salam sendiri merupakan salah satu bakal calon yang cukup diunggulkan dalam Pilkada Palembang mendatang.
Pasangan ini banyak didukung oleh berbagai elemen masyarakat karena program-program mereka yang dianggap inovatif dan mampu menjawab permasalahan yang ada di Palembang.
Namun, di tengah dukungan yang terus mengalir, mereka juga harus menghadapi tantangan berupa serangan kampanye hitam yang disebarkan melalui media sosial.
BACA JUGA:Rayakan Harganas ke-31, DPPKB Muara Enim Dorong Peran Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas
BACA JUGA:Irjen Sandi Pimpin Sertijab Pejabat Utama Baru Humas Polri, Ini Nama-Namanya
Kasus flayer ini bukanlah yang pertama terjadi dalam konteks pemilihan umum di Indonesia. Pada beberapa kesempatan sebelumnya, banyak pasangan calon juga menjadi korban dari penyebaran berita hoaks atau flayer bermuatan negatif yang bertujuan untuk merusak citra mereka di hadapan publik.