"Semua berawal saat saya masuk di MAN 1 Gorontalo. Saya seorang yatim piatu seperti yang saya sampaikan video-video yang beredar dengan seorang tiktoker saat wawancara saya," katanya lagi.
Menurut PPT, dari awal masuk sekolah dirinya sudah meyakinkan diri untuk berusaha keras mengejar ilmu dan prestasi, karena memang untuk hidup sudah tidak ada dari orangtua.
"Saya sangat ingin untuk mencapai sarjana dengan beasiswa yang saya dapat. Pada satu hari, saya mulai mendapatkan pelecehan verbal. Dengan ucapan-ucapan tidak pantas dari Guru (DH)," jelasnya.
Mulanya, PPT mengaku tidak terlalu menanggapi dengan serius apa yang disampaikan oleh sang guru.
"Saat itu saya tidak terlalu menanggapi dengan serius. Namun lama kelamaan mulai menyentuh seperti pundak, merangkul, dan lainnya," katanya lagi.
"Awal saya yang memang belum paham tentang kasih sayang yang sesungguhnya, menganggap itu seperti seorang ayah kepada anak juga terkadang memberikan untuk kehidupan," sebutnya.
Akan tetapi, lanjut PPT, semua itu ternyata penilaian yang salah darinya saat dirinya mulai dipeluk, disentuh bagian vital dan lain-lain oleh sang guru.
"Saat itu saya bingung, saya ingin bercerita kepada siapa. Orangtua tidak ada, bercerita kepada teman pun takut dipandang hina," akunya.
Untuk melapor pun PPT mengaku ketakutan, karena untuk masuk sekolah saja dirinya harus berjuang sendiri dengan susah payah.
"Dipikiran saya saat itu, jika saya lapor saya yang tidak dipercayai oleh guru lain dan siapapun, karena saya tidak memiliki bukti apapun," ceritanya.