Tinggal bersama keluarga besar, termasuk orang tua dan kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga, membuat rumahnya terasa sempit dan sesak.
Sebagai anak bungsu, Kaluna merasa bertanggung jawab untuk membantu keluarga.
BACA JUGA:Segera di Bioskop, Film Bagman Hadirkan Sosok Menyeramkan Penuh Teror dari Masa Lalu
Dengan tekad yang kuat, Kaluna berusaha keras menabung dan menjalani hidup sederhana agar bisa mewujudkan impiannya tersebut.
Namun, sebagai bagian dari generasi "sandwich generation", ia harus menghadapi dilema yang sulit.
Di satu sisi, ia ingin memberikan yang terbaik untuk keluarganya, di sisi lain, ia juga ingin meraih impian pribadi.
Beban ekonomi keluarga yang cukup berat membuat Kaluna harus mengorbankan banyak hal.
BACA JUGA:Yang Sakit Jantung Jangan Nonton Film Speak No Evil: Teror di Balik Senyuman!
BACA JUGA:Setelah 36 Tahun, Film Beetlejuice 2 Comeback Gabungkan Unsur Nostalgia dan Modern Jadi Satu
Ia harus memilih antara mengejar impian memiliki rumah atau terus membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Konflik batin yang dialaminya semakin rumit ketika ia harus menghadapi berbagai rintangan dan tekanan dari lingkungan sekitarnya.
Film ini tidak hanya menyoroti perjuangan Kaluna dalam mewujudkan impiannya, tetapi juga menggambarkan dinamika keluarga yang kompleks.
Hubungan antara Kaluna dengan orang tuanya, kakak-kakaknya, dan teman-temannya menjadi semakin rumit seiring berjalannya waktu.
BACA JUGA:Giliran Pemuda Pancasila Deklarasi Dukung Ratu Dewa-Prima Salam di Pilwako Palembang 2024