Banyak warganet yang tertarik untuk ikut mendaftar mengikuti perlombaan panjat pinang berhadiah janda muda tersebut.
Ada juga warganet yang menganggap lomba panjat pinang tersebut hanya sebagai lelucon, karena jika dilihat secara detil tepat di bawah sosok perempuan duduk diujung pinang ada beberapa kertas yang digantung.
BACA JUGA:Lomba Panjat Pinang, Pusri Pererat Silaturahmi dengan Warga
BACA JUGA:Gubernur HD Apresiasi Panjat Pinang Sumatera Ekspres
Kemungkinan, sosok perempuan yang duduk diatas ujung dari pohon pinang itu hanya untuk seru-seruan saja sementara hadiahnya berupa secarik kertas bertuliskan hadiah-hadiah.
--
Untuk diketahui, tak hanya sekadar perlombaan, panjat pinang memiliki filosofi yang mendalam.
Tradisi ini muncul sejak masa kolonial berkuasa di Indonesia. Dahulu, panjat pinang menjadi hiburan bagi orang-orang Belanda yang berada di Indonesia.
Dalam bahasa Belanda, panjat pinang disebut dengan De Klimmast yang artinya panjang tiang. Mulanya perlombaan ini hanya dilakukan ketika peringatan ulang tahun Ratu Belanda.
BACA JUGA:Lomba Panjat Pinang Berlangsung Meriah
BACA JUGA:Semarak Lomba Panjat Pinang Hingga Bagi-bagi 10 Juta Bendera di Muba
Namun, seiring perubahan zaman, panjat pinang mulai digelar pada setiap hari besar dan bahkan saat pesta pernikahan.
Setiap peserta lomba akan saling bekerjasama untuk memanjat tiang tersebut. Mereka harus bisa mendapatkan hadiah atau nomor undian yang diletakkan di ujung tiang.
Umumnya perlombaan ini dilakukan oleh tiga sampai empat orang dewasa. Untuk menambah tantangan, tiang dibuat licin dengan menambahkan lumpur, pelumas, atau dengan mengupas kulit batang pohon pinang.
Dalam satu kelompok, satu persatu anggota akan naik ke bahu teman sekelompoknya secara bergantian untuk dapat mencapai finish.
BACA JUGA:Filosofi Positif Dibalik Catatan Kelam Lomba Panjat Pinang saat Perayaan HUT RI