Regulasi membatasi Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) tidak boleh kurang dari 0,4 meter.
Pada umumnya, pengelola perkebunan menjaga level air gambut 40 cm di bawah permukaan dengan menggunakan sekat-sekat kanal.
“Namun dalam kondisi kemarau, jumlah air akan berkurang. Oleh karena itu, pemerintah melaksanakan kegiatan OMC untuk meningkatkan level air gambut yang saat ini lebih rendah daripada 40 cm sehingga pada puncak musim kemarau nanti, lahan gambut masih bisa dijaga tetap lembab,” ujar Seto.
Dalam operasi pertamanya, BMKG telah melakukan sorti penyemaian awan di wilayah lahan gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dengan menggunakan bahan NaCl sebanyak 800 kg.
Sebelum penyemaian, BMKG melakukan analisis kondisi cuaca yang menjadi dasar perencanaan sasaran penerbangan penyemaian awan.
Kasupokja Restorasi Gambut Sumatra Selatan, Deasy Efnidawesty, mengungkapkan bahwa penentuan prioritas OMC mempertimbangkan Peta Indikatif Restorasi (PIR) yang mengidentifikasi sekat kanal dan timbun kanal yang efektif untuk menahan air hujan.
BACA JUGA:Siaga Karhutla, BPBD Sumsel Minta 8 Helikopter untuk 12 Daerah Kategori Rawan Akibat Puncak Kemarau
"Kami berharap OMC dapat mengurangi risiko kebakaran di lahan gambut yang rentan, khususnya saat puncak musim kemarau," jelas Deasy.
Kegiatan OMC di Sumatra Selatan didukung oleh satu unit pesawat CASA TNI AU A-2104 dari Skadron 4 TNI AU. Fokus kegiatan ini adalah penyemaian awan di wilayah-wilayah dengan tutupan lahan gambut di Provinsi Sumatra Selatan, khususnya di area konservasi lahan gambut.
OMC serupa telah dilakukan di Riau, Jambi, dan Kalimantan Barat dengan hasil yang baik. Keberhasilan ini memberikan harapan bahwa OMC di Sumatra Selatan juga akan sukses.
Stakeholder lain yang berperan dalam kegiatan ini antara lain Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Balai Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Wilayah Sumatera, KLHK, BPBD, Sinarmas Forestry and Partner wilayah Sumatra Selatan, dan PT. Rimba Hutani Mas (RHM).