PALEMBANG, SUMEKS.CO - Pihak keluarga korban Anton Eka Saputra (25), pegawai koperasi yang dibunuh dan dicor semen ungkap fakta baru dalam kasus yang menggemparkan beberapa hari ini.
Melalui kuasa hukumnya M Jasmaidi Pasmeindra SH, pihak keluarga pegawai koperasi simpan pinjam tersebut mengaku bahwa sebelum dilaporkan menghilang, korban sempat menarik uang tunai sebesar Rp30 juta di ATM Simpang Soak, Kecamatan Sukarami, Palembang pada Jumat 7 Juni 2024.
"Korban sempat mengambil uang tunai secara bertahap dengan total sebesar Rp 30 juta sebelum mendatangi TKP untuk menagih utang kepada pelaku pemilik Distro Anti Mahal di Maskerebet," terangnya kepada SUMEKS.CO terkait lanjutan kasus yang menimpa kliennya itu, Jumat 28 Juni 2024.
"Namun, saat olah TKP yang dilakukan petugas kemarin kami selaku kuasa mewakilinya pihak keluarga tidak menemukan atau tidak melihat uang tersebut berada di sekitar korban," tambahnya.
Disampaikannya berdasarkan bukti mutasi rekening dan rekaman CCTV di mesin ATM korban awalnya menarik uang sebesar Rp15 juta.
Lalu keesokan harinya yakni Sabtu 8 Juni 2024, hari dimana korban dinyatakan hilang korban sempat meminta transfer kepada rekan-rekannya sebanyak dua kali dimana sebesar Rp5 Juta dan Rp10 juta.
"Dari hasil penelusuran, kami mengetahui korban sempat mengambil uang sebesar Rp15 juta sehari sebelum hilang. Keesokannya
da sempat minta tolong transfer ke teman-temannya sebanyak Rp5 juta dan Rp10 juta. Jadi pada saat kejadian korban ini pegang uang dengan total Rp30 juta," ujarnya.
BACA JUGA:Begini Penampakan Rumah Otak Pelaku Pembunuhan terhadap Pegawai Koperasi di Maskarebet
Hal inilah yang menjadi tanda tanya besar kemana keberadaan uang tersebut.
"Kami mencurigai ada motif lain selain pelaku kesal ditagih hutang, pelaku juga membawa kabur uang dan harta benda lainnya seperti motor dan HP milik korban," terangnya.
Sebelumnya Kapolrestabes Palembang, Kombes Pol Dr Harryo Sugihhartono mengatakan motif yang melatarbelakangi tewasnya korban disebabkan lantaran ketiga pelaku yang dua masih berstatus buron itu kesal dengan bunga utangnya kepada korban yang setiap hari terus bertambah.