Mereka bertiga punya kesamaan, yakni tidak memiliki keahlian apa pun untuk bertahan hidup di Jakarta, selain keberanian.
BACA JUGA:Kapolri Imbau Seluruh Kapolda Tangani Debt Collector, Divisi Humas Mabes Polri Berikan Penjelasan
Maka, mereka akhirnya memilih menjadi gelandangan dan preman ditengah-tengah ganasnya Ibukota Jakarta dalam hal mengubah nasib.
Hercules misalnya, ia dikenal pada masa orde baru sebagai preman ternama.
Aksinya tergolong brutal sebab kemana-mana selalu membawa golok atalu senjata tajam.
Menurut Ian Douglas Wilson dalam "Politik Jatah Preman" (2018), awalnya jasa mereka digunakan oleh para kelompok masyarakat untuk menjaga "ketertiban" suatu wilayah.
BACA JUGA:Netizen Bongkar 'Cara Main' Debt Collector Pakai Aplikasi Khusus di Playstore, Aplikasi Apa Itu?
Mulanya mereka hanya seorang diri, tetapi perlahan membentuk kelompok tersendiri.
Kelompok tersebut berisi orang-orang dari kampung halamannya masing-masing yang pergi merantau ke Jakarta.
Orang-orang yang berasal dari Ambon, mereka berada di bawah kelompok John Kei dan Basri Sangaji.
John Kei sendiri berasal dari Pulau Kei dan Basri dari Pulau Haruku. Lalu, jika dari Timor, mereka di bawah Hercules.
BACA JUGA:Sengaja Tabrakan ke Mobil Debt Collector, Propam Polda Sumsel Tegaskan Status Mobil Aiptu FN, Simak!
Bagi para pendatang, ketiganya merupakan sosok kharismatik yang paling disegani bisa diandalkan saat menjalani "bisnis" yang dijalani.