Abdullah bin Abi Ummu Maksum diperintahkan untuk mengumandangkan azan sebelum Bilal sebagai tanda bagi umat Muslim untuk bersiap-siap saat sahur.
Sedangkan Abdullah bin Mas'ud diperintahkan untuk membaca 50 ayat Al-Quran setelah sahabat yang pertama mengumandangkan azan.
Setelah kedua sahabat tersebut selesai memberikan peringatan, barulah Bilal mengumandangkan azan subuh yang sekaligus menjadi tanda dimulainya puasa.
BACA JUGA:Ingin Awet Muda di Usia 40 Tahun? Ini Rekomendasi Skincare Anti-Aging Biar Kulit Tetap Kencang
Dengan demikian, waktu imsak yang selama ini dipahami oleh banyak orang sebenarnya merujuk pada tanbiih atau persiapan menjelang waktu subuh.
Imsak bukanlah waktu yang menandakan bahwa seseorang tidak boleh makan dan minum lagi.
Kesalahan yang dimaksud terletak pada kesalahan istilah atau penggunaan kata imsak sebagai waktu persiapan berpuasa sebelum adzan subuh.
Dapat diartikan bahwa imsak sendiri ialah adzan subuh tersebut sedangkan penanda atau bacaan yang dilantunkan sebelum adzan subuh bernama tanbiih.
BACA JUGA:Rangkaian Skincare Glad2Glow yang Ampuh Mengatasi Kulit Kering dan Kusam, Wajah Auto Segar Berseri
BACA JUGA:Cek Erot Kabarkan Lokasi Wisata Jalasena 99 di 1 Ilir Tinggal Kenangan, Warga Tak Boleh Lagi Jualan?
Imsak berasal dari jadwal Imsakiyah yang pertama kali dicetak di Mesir saat pemerintahan Muhammad Ali (wafat 1848).
Imsakiyah diperkenalkan pertama kali pada Ramadhan 1262 Hijriyah atau September 1846 Masehi.
Penyebaran imsak di Indonesia diperkirakan pertama kali di Nusantara dibawa oleh Syekh Abdurrahman bin Ahmad al-Mishr.
Beliau adalah ulama ahli ilmu falak asal Mesir yang datang ke Nusantara tepatnya di Betawi, pada tahun 1896.
BACA JUGA:The Originote, Skincare Terbaik untuk Atasi Kulit Berjerawat, Halal dan Harga Terjangkau