Terlebih lagi ketika di tenda-tenda pertempuran, Rufaidah bertugas sebagai koordinator tim medis para sahabat di banyak peperangan.
Rufaidah Al-Aslamiyah turut serta sebagai perawat dalam peperangan Badar, Uhud, Khandaq dan Khaibar.
Rufaidah memiliki keahlian sebagai pakar pada bidang pengobatan dan juga dalam bidang ilmu bedah.
Rufaidah juga meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk turun ke medan perang dalam bertugas mengobati pejuang.
Ketika Perang Khandaq, Saad bin Mu’adz sempat terluka cukup serius sehingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun meminta Rufaida untuk mengobatinya di rumah sakit dalam tenda yang telah disiapkan.
Rufaidah mengobati Sa’ad bin Mu’adz hingga sembuh sebagai bentuk pengabdian dirinya terhadap perjuangan dakwah islam.
Setelah peperangan usai, Rufaidah Al-Aslamiyah melanjutkan kegiatan sosialnya menolong pasien yang membutuhkan.
Ketika islam masuk ke Madinah pada abda ke-7, Rufaidhah telah menjadi mukhalaf dan berhasil memaksimalkan ilmunya dengan ajaran Islam.
Kondisi praktik kesehatan ketika Rufaidah belum masuk islam dipengaruhi oleh praktik kesehatan dari Persia dan Byzantium.
Rufaidah mengenal dua tradisi yaitu praktik kesehatan lokal masyarakat Arab dan praktik kesehatan peradaban kuno.
Praktik kesehatan lokal pada masyarakat Arab terbilang masih sederhana sesuai dengan keadaan geografis.
BACA JUGA:10 Ciri-ciri Wanita Pengikut Dajjal di Akhir Zaman, Nomor 6 dan 9 Diluar Dugaan
Orang-orang pada masa jahiliyah memanfaatkan kondisi alam dan bergantung pada hewan serta tumbuhan.
Orang jahiliyah Arab biasanya menggunakan jinten hitam, bunga memecylon, truffle gurun, air kencing unta, empedu hewan buas, susu keledai betina hingga lemak cair dari ekor kuda.