BACA JUGA:Ajukan KUR BRI Akhir Tahun 2023! Plafon Hingga Rp42 Juta dengan Cicilan Rp900 Ribuan Saja
Lebih lanjut, Laksmi khusus menyorot dengan apa yang terjadi pada tahun 2023. Di mana pada tahun ini telah menjadi saksi eskalasi kejadian Karhutla akibat perubahan iklim serta pengaruh ulah manusia. Dari pengalaman tersebut, agar dapat diambil hikmah dan pembelajarannya.
Sehingga dengan demikian, penanganan karhutla pada tahun mendatang menjadi lebih baik.
Laksmi berpesan agar semua pihak jangan cepat berpuas diri dengan hasil kerja yang telah diraih selama ini.
Namun harus terus-menerus bersama dan bekerja sama meningkatkan kerja, khususnya dalam pengendalian Karhutla.
ia juga mengharapkan seluruh pihak terkait mengajak seluruh jejaring kerja untuk menguatkan tekad, komitmen dan aksi nyata di lapangan.
Penguatan basis keilmuan telah dilakukan melalui komitmen Indonesia dalam upaya mitigasi asap lintas batas, sehingga momentum ini tidak bisa disia-siakan, dan dapat digunakan sebagai pemicu dan pemacu aksi pengendalian karhutla setelah ini.
"Dengan semangat untuk melakukan perbaikan yang terus menerus, semoga tahun 2024 dapat menjadi lebih baik lagi baik secara kualitatif, kuantitatif dan kontinyuitas. Keindahan dan kelestarian alam perlu dikembalikan ke generasi mendatang dengan kondisi yang lebih baik," imbuh Laksmi.
Areal Terbakar Lebih Rendah
Sementara itu, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Thomas Nifinluri, melaporkan bahwa tantangan tahun 2023 lebih tinggi daripada tahun 2019, dengan kondisi yang sama disertai El Nino.
BACA JUGA:142 Peserta Seleksi CPNS Kemenkumham Sumsel IKuti SKB WPFK
Berdasarkan penghitungan, areal terbakar periode Januari hingga Oktober 2023 tercatat seluas 994.313 ha.
Angka itu masih lebih rendah dibandingkan total luas lahan yang terbakar pada tahun 2019, yakni seluas 1.649.258 ha.
Sesuai prediksi BMKG, kondisi yang disertai El Nino ini masih akan bertahan sampai awal tahun 2024.
"Langkah kerja pengendalian karhutla terdiri dari penyusunan target dan tujuan, penyusunan program dan kegiatan, mobilisasi sumberdaya, serta manajemen risiko," terang Thomas.