Perkembangan ekosistem ekonomi digital di Indonesia, yang didorong terutama oleh e-commerce, layanan transportasi dan makanan daring, perjalanan, dan konsumsi media digital, telah mencapai sekitar USD 77 miliar pada tahun 2022, dengan potensi mencapai sekitar USD 130 miliar pada tahun 2025.
Wong Soon Nam lebih lanjut menjelaskan, dengan berkembangnya transformasi di berbagai industri, terjadi peningkatan dalam jumlah startup yang fokus pada Sustainable Development Goals (SDGs), mengatasi perubahan iklim, mempromosikan energi terbarukan, solusi biomedis, dan lainnya.
Menurut data dari tahun 2020, terdapat 113 putaran pendanaan di Indonesia pada tahun tersebut, dengan total pendanaan sebesar Rp 50,4 triliun dari 50 pendanaan yang diumumkan.
Ini menunjukkan bahwa investor semakin tertarik pada pasar Indonesia, karena negara ini terus menjelma menjadi pusat inovasi dan kewirausahaan.
Eksplorasi lebih lanjut terhadap ekosistem startup di Indonesia menunjukkan bahwa Jakarta disebutkan oleh laporan dari Startup Genome sebagai ekosistem startup terbaik ke-43 di dunia, dengan keunggulan dalam talenta, jangkauan pasar, dan pendanaan.
Indonesia telah menjadi salah satu ekosistem startup yang paling pesat berkembang di dunia, dengan komunitas yang produktif dari para pengusaha, investor, dan organisasi pendukung startup seperti inkubator dan akselerator.
Hasil survei Tinc Impact Report 2023 menemukenali adanya sejumlah 73 persen responden yang menyebutkan bahwa impact terbesar yang dapat diberikan program inkubator atau akselerator di Indonesia adalah peningkatan terhadap produk/layanan startup mereka.
Sementara 65 persen menyebutkan bahwa mereka mendapatkan validasi dalam mendirikan business model. Lebih lanjut, 62 persen responden mengalami peningkatan dari sisi jejaring dengan mitra/klien, dan 54 persen merasakan efisiensi dalam operasional bisnis mereka.(*)