"Pemerintah daerah harus segera melakukan langkah mitigasi dan kesiapsiagaan. Lahan pertanian terancam gagal panen akibat tidak tumbuhnya tanaman akibat pasokan air," kata Dwikorita usai rapat prakiraan El Nino di Istana Kepresidenan, minggu lalu.
- Kekeringan Ekstrem
Menurut Dwikorita, fenomena El Nino dan IOD Positif saling menguatkan, membuat musim kemarau tahun ini semakin kering dan curah hujan masuk kategori rendah hingga sangat rendah.
“Kalau biasanya hujan sekitar 20 mm sehari, di musim kemarau saat ini angkanya datang sebulan sekali atau bahkan tidak sama sekali,” ujarnya.
Fachri menambahkan, El Nino akan berdampak pada beberapa wilayah di Indonesia.
Yakni, sebagian besar Sumatera, seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung.
BACA JUGA:UBD Palembang Gelar Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Nasional
Seluruh pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
Daerah-daerah ini diproyeksikan menerima curah hujan paling sedikit dan dapat mengalami musim kemarau yang ekstrim.
“Curah hujan bulanan BMKG menunjukkan sebagian besar wilayah Indonesia akan menerima sedikit curah hujan setiap bulannya, dan sebagian tidak akan menerima hujan hingga Oktober,” ujarnya.
“Dan kalau hujan baik-baik saja, polusi udara hanyut. Sekarang hujan semakin sedikit, polusi semakin terasa, terutama pada sore menjelang pagi. Ini yang kita lihat, tidak ada awan, tapi langit .. tidak biru dan mendung. Takutnya itu kabut polusi, harus hati-hati itu,” tambah Dwikorita.
BACA JUGA:Apik Padukan Phygital, Strategi Hybrid Bank BRI Beri Kenyamanan Nasabah
Panas Mendidih
Selain itu, Dwikorita mengungkapkan El Nino juga memicu suhu tinggi meski tidak ada gelombang panas di Indonesia.
“Tapi suhu sampai 35 derajat sudah menimbulkan masalah bagi tubuh, jadi harus diperhitungkan,” ujarnya.
“Waspadai kenaikan suhu tinggi yang dapat mengganggu kesehatan tubuh,” kata Dwikorita.
- Karhutla