Lalu mahasiswa yang berpikir keliru tersebut, lanjut UAH ingin membuktikan pemikirannya itu dengan cara masuk ke masjid yang nantinya akan ada donatur yang mendonasikan sedikit rejekinya untuk jemaah masjid.
"Kalau di timur tengah itu suka ada Zawwiyah, tempat khusus untuk ibadah dan biasanya jemaah masjid yang beri'tikaf akan diberikan makanan," urai UAH.
Si mahasiswa yang berpikir keliru tersebut, kata UAH selalu bersembunyi dibelakang saat para Zawwiyah mendonasikan sedekah makanan sampai hari ketiga.
Yang ternyata, dimulai dari hari pertama hingga ketiga karena tidak ada usaha apapun dan bersembunyi dibelakang, maka makanan yang dibagikan selalu terlewatkan oleh mahasiswa tersebut.
Sampailah hari ketiga itu, si mahasiswa yang keliru sudah tidak bisa lagi menahan laparnya, sehingga memberikan kode kepada Zawwiyah untuk diberikan makanan.
Akhirnya, si mahasiswa keliru tersebut karena kelaparan tidak ada usaha dan selalu bersembunyi itu memberikan kode "ehem" kepada Zawwiyah dan diberikan 3 bungkus nasi.
"Begitu melihat mahasiswa tersebut dibagikan nasi, teman mahasiswa yang berpikir benar tadi langsung menyindirnya bahwa mesti ada usaha," tutur UAH.
Dilanjutkan UAH, dari cerita tersebut diperoleh makna bahwa rezeki itu mesti dicari, walaupun hanya dengan kode "ehem" itu sudah termasuk kategori usaha.
BACA JUGA:4 Keistimewaan Salat Tahajud, Ustaz Adi Hidayat: Allah yang Menuntun Langsung Keluar dari Kesulitan
Penjelasan Ustad Adi Hidayat soal rezeki.--
Maka dapat disimpulkan dari ceramah singkat UAH tersebut, bahwa tidak ada rezeki itu datang dengan kita hanya berdiam diri saja tanpa suatu usaha apapun.
Apapun usaha yang dilakukan dan sejalan dengan syariat Islam, niscaya dari jalan itulah rezeki yang akan diberikan oleh Allah kepada manusia. *