"Sudah mendarah daging ya. Orang-orang lama masih bercokol disana, dan parahnya itu perbudakan yang ada disana dimana mereka tidak mau menyadari," paparnya.
BACA JUGA:Tak Sependapat dengan MUI, Wali Santri Sebut Kurikulum Al Zaytun Tidak Ada yang Salah
Kalaupun mereka menyadari dan tampak galau, tapi mereka akan tetap bertahan. Karena doktrinnya di Ponpes Al-Zaytun Indramayu itu, harus tunduk kepada pimpinan.
Lalu, tidak ada lagi negara yang hak atau benar selain NII. Jadi, mereka mau mengorbankan waktu, pikiran, perasaan, dan bahkan perhatian terhadap anak-anaknya untuk mengejar target infaq.
"Terakhir itu targetnya Rp 300 juta per orang. Tapi, di luar itu masih ada lagi yang lain. Misalnya, gerakan sajadah, tiang pancang, samudera biru, dan lainnya," ungkapnya.
Leny menambahkan, anggota NII tersebut memang benar-benar diperas. Pikiran mereka pun hanya uang untuk memenuhi target infaq mereka, tanpa memperhatikan yang lebih jauh.
"Misalnya tentang kesejahteraan keluarga mereka. Parahnya lagi, dengan mereka punya yayasan sosial itu mereka merasa nyaman, karena dari fee yang diterima memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga," paparnya.