Panji pun menceritakan perjalanan hidup Yusuf. Ia begitu lancar menceritakan bagaimana perjalanan keturunan Yusuf, hingga disebut Bani Israel.
Ia menuding, umat Muhammad tidak terlalu memahami siapa itu Israel. Tak kalah tidak mengenal, ungkap Panji, seakan-akan Israel itu bajingan yang harus dijauhi.
"Tidak tahu Israel adalah putra daripada putra daripada Ibrahim Alaihissalam, yang hari-hari kita membaca doa sholawat Allahumma Sholliala Muhammad wa ala ali Muhammad," kata Panji.
Meski selalu membaca salawat kepada Nabi Ibrahim, kata Panji, tapi hari-hari tertanam merasa dengki kepada Ibrahim yang bernama Israel dan Bani Israil.
"Sehingga mendengar nama Israel sebagai negara seakan-akan dia negara itu adalah penjajah," ucap Panji.
Namun ada cerita menarik yang disadur SUMEKS.CO dari kanal YouTube Muhammad Husein Gaza. Laki-laki yang berada di wilayah Jalur Gaza Palestina itu bercerita, salah seorang alumi Al Zaytun menghubungi dirinya.
Si alumni yang dirahasiakan identitasnya itu bercerita, ada seorangpun alumni Al Zaytun yang menikahi seorang laki-laki Yahudi. Kemudian si perempuan itu menjadi Yahudi. Namun, bukannya mengecam keputusan yang diambil alumni itu, teman-teman sesama alumni Al Zaytun justru menyampaikan ucapan selamat kepada si alumni murtad itu.
Menurut Muhammad Husein, beberapa waktu setelah dirinya upload video tentang kontroversi Al Zaytun, dirinya di DM melalui instagram oleh seseorang alumni Al Zaytun.
Santriwati alumni Al Zaytun itu curhat kepadanya, dengan menceritakan kisah pengalamanya menjadi salah satu santriwati di Ponpes Az zaitun. Dia mondok di Al Zaytun ejak tahun 2001 sampai 2007 atau selama 6 tahun.
Alasan orang tuanya tertarik Al Zaytun, karena orang tua sibuk kerja. Juga iklan Al Zaytun yang menarik. Mulai dari nanti kalau lulus itu akan hafal Al Quran, dan dapat beasiswa sekolah di luar negeri.
Proses seleksi pun di mulai. Meski saat pengumuman semua perserta lulus. Rasa yang tidak biasa mulai dirasakan sejak duduk di kelas 2 SMP. Saat libur si santriwati ini berniat tidak akan kembali lagi ke Al Zaytun.
Namun, orang tuanya tidak setuju. Selama sekolah di Al Zaytun ada beberapa hal yang ganjil, misalnya melanggar aturan menggunakan bahasa atau telat sholat ke masjid, bisa dibayar dengan uang.
Lalu saat puasa Ramadan ada satu oknum di asrama yang bilang, bisa tidak puasa, tapi harus bayar Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu. Namun keganjilan Al Zaytun itu akhir diketahui orang tau si santriwati, saat si santriwati keceplosan bilang haus mau nggak puasa bayar ke siapa?