Dia menceritakan, bila masing-masing angkatan santri Al Zaytun menempati gedung sendiri-sendiri. Angkatan 1 di gedung Abu Bakar, disitu juga ruang eksponen dan ruang dewan guru.
Angkatan 2 Persada, menempati gedung Umar. kemudian angkatan 3 dan 4 itu ada di gedung Usman. Sedangkan angkatan 5 dan 6 itu ada di gedung Ali. Jadi tidak ada satu gedung itu semua angkatan. Sebab jumlah santri Al Zaytun sangat banyak.
"Jadi pendeta Boim ini cuma ngaku-ngaku ahli Quran, ngaku-ngaku aja paling tahu tentang Quran. Jadi kalau urusan paling tahu nampoli (nabok) santri, dia orangnya. Namanya Boim itu," kata Reza sambil tertawa.
Pendeta Saifuddin Ibrahim, memang mengakui sempat menjadi pengajar di Ponpes tersebut. Pemuka agama yang penuh kontroversi itu mengaku cukup lama mengajar di sana hingga akhirnya memutuskan keluar dan pindah agama.
Selama masih aktif mengajar, Pendeta Saifuddin mengaku menjadi donatur tetap di Ponpes Al-Zaytun. Dia mengklaim dirinya menyumbangkan sejumlah uang yang ia ambil dari tabungannya. Tak hanya itu dia juga mengaku sempat menyumbangkan emas setengah kilogram.
Saifuddin Ibrahim buat pernyataan kontroversial, sebut salat di Al Zaytun hanya bentuk latihan
Sebelumnya, Pendeta Saifudin Ibrahim, membuat pernyataan kontroversial. Dimana, Pendeta Saifudin Ibrahim menyebut, bahwa pelaksanaan salat di Ponpes Al-Zaytun Indramayu itu hanya sebuah bentuk latihan.
"Apa sih kalian ngomong tentang shaf salat Idul Fitri di Al-Zaytun. Emang nggak sah? Hukum Islam belum berlaku di Indonesia," katanya dikutip SUMEKS.CO dari unggahan TikTok @herypatoeng, 28 Mei 2023.
BACA JUGA:Naudzubillah! Pendeta Syaifudin Ibrahim Sebut Panji Gumilang Sebagai Nabi, MUI Harus Gerak Cepat
Untuk itu, Pendeta Saifudin Ibrahim meminta kepada semua pihak untuk tidak berkomentar tentang agama dan hukum Islam. Karena, Indonesia bukan negara Islam.
"Ngaku-ngaku Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ulama dimana, hukumnya dimana. Islam belum berlaku di Indonesia. Jadi salat tidak perlu," tegasnya.
Ditambahkan Pendeta Saifudin Ibrahim, bahwa salat di Al-Zaytun hanya sekedar latihan salat, sebelum Negara Islam berdiri dan hukum Islam ditegakkan.
"Indonesia ini kan negara Pancasila, hukumnya UUD 1945. Dimana kalian Islamnya," tanyanya.
Menurut Pendeta Saifudin Ibrahim, Islam itu berlaku apabila Negara Islam, Umat Islam, dan hukum Islam. Lantas, ketika MUI mengatur Syekh Panji Gumilang, pimpinan Ponpes Al-Zaytun Indramayu, dianggap Pendeta Saifudin Ibrahim mengada-ada.