“Jadi ini aneh jangan sampailah kita. Kalau ada yang bahas mengatakan bapak ibu nabi kafir karena hanya bersandarkan pada satu hadis,” imbuhnya.
Jadi orang itu kalau membaca hadis harus disandingkan dengan hadis yang lainnya. Ingat belum dikatakan seorang alim kalau belum meninggalkan hadis sohih.
Kok gitu? Sebab tidak semua hadis sohih dipakai, ada hadis yang di hapus. Jika ada dalil, kemudian bertentangan dengan alquran tidak mungkin. Bertentangan dengan hadis mustahil bertentangan
Kalaupun ada yang bertentangan, maka ada yang namanya Mutlak Muqayyad, ada HOS sama tahsis sama am tahsis yang mutlak yang am di tahsis masalah am dengan am. Nanti kalau sudah benturan enggak bisa man, namanya naseh mansyuk. Jadi ini dibuang tidak dipakai nah yang ini disepakati dipakai
Kalo ada kuat dengan lemah. Maka yang kuat dipakai lemah ditinggalkan, diambil yang paling sohih
Jadi hadis yang menyebut bapak ibu Nabi Muhammad SAW di neraka adalah hadis sohih. Tapi bertentangan dengan alquran yang sudah sangat jelas. “Maka hadisnya ditinggakan, meskipun hadis sohih,” ujarnya.
“Sungguh Allah tidak akan menyiksa sampai datang satu utusan,” ini ayat Alquran
Memang ada orang usil. Kok teganya membahas bapak ibu Nabi Muhammad SAW.
Padahal bagaimana Rasulullah sudah mengajarkan adab.
Abu Jahal itu kafir ahli neraka. Tapi anaknya alim bernama Ikrima.
Ketika sahabat membicarakan Abu Jahal, kemudian Ikrima datang maka Nabi meminta sahabat diam untuk menjaga hati ikrima. Nabipun sebegitunya menjaga perasaan sahabat
“Lha ini bapak ibu nabi disebut-sebut. Mana hati nuraninya. Itu abu jahal saja tidak boleh disebut didepan ikrima. Padahal ahli neraka. Ini urusan Nurani dan bathin bagaimana sambung hatinya dengan Rasulullah,” *