TERBARU! Kepala Staf Kepresidenan Jenderal Moeldoko Yakin 1000 Persen Al Zaytun Tak Terlibat NII
SUMEKS.CO - Wow, Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI Moeldoko yakini seribu persen bahwa Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Indramayu, Jawa Barat, tak ada kaitannya dengan Negara Islam Indonesia (NII) Kw 9.
Kesaksian mengejutkan datang dari Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, yang menyatakan Ponpes Al Zaytun sama sekali tak terlibat dengan NII Kw 9.
Pernyataan yang diberikan Moeldoko bukan tanpa dasar. Sebab, mantan Panglima TNI ini menilai, selama dirinya dekat dengan Pendiri Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang, tak ada gerak-gerik yang mencurigakan dari pesantren tersebut.
"Kalau memang terbukti ada kaitannya dengan TNI ya tangkap aja tu Panji Gumilang. Kan gampang. Namun ini nyatanya tidak," ujar Moeldoko dikutip SUMEKS.CO, dari kanal youtube @Ajhabibi.
Tak sampai disitu, Moeldoko meyakini dengan seribu persen bahwa, Ponpes Al Zaytun Indramayu tak ada paham yang menganut radikalisme serta berkaitan dengan NII Kw 9.
Karena kata Moeldoko, sewaktu menjadi Pangdam dan Panglima TNI, dirinya selalu memberikan materi tentang kecintaan kepada Indonesia.
Dan, mengingatkan kepada seluruh santri untuk tidak terpengaruh dengan pemahaman yang menyesatkan seperti contoh, radikalisme dan pemahaman lainnya yang menjerumuskan kepada hal bertentangan dengan negara.
"Itu kan ceramah saya kepada anak-anak. Jangan kalian berfikir untuk radikalisme di Al Zaytun. Kalau disini terdapat aliran yang menyesatkan maka saya yang duluan menumpasnya," ucap Moeldoko.
Lebih lanjut, mengenai adanya persepsi yang menyebutkan bahwa, Ponpes Al Zaytun ditunggangi NII Kw 9 dengan cara bermain dibelakang layar untuk penyamarannya, Moeldoko dengan tegas membantah hal itu.
Moeldoko menilai, tak ada istilah negara dalam negara. Jadi, hal seperti hanya sekedar perspektif dugaan belaka. Ke dsti demikian, Moeldoko mengajak untuk mengebal lebih dalam Ponpes Al Zaytun.
"Kita harus mengenal lebih dalam. Al Zaytun kan sudah sejak lama. Jangan kita memandang persepsi tapi kita harus dalami lebih dalam lagi," imbuh Moeldoko.