Joe mengaku sudah siap dengan medan yang berat itu, dia mengenakan sepatu boat, bawa senter dan kamera masuk ke kebun di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, Jawa Tengah itu.
“Waduh bau obat…mungkin ini obat pak tani. Untung gak ujan cuy,” ujarnya lagi. “Sebenarnya aku takut cuy,” katanya jujur.
Tapi suara masjid, suara orang sedang salat tarawih membuatnya kuat. “Kalo gak ada suara (dari) masjid itu aku pasti gak kuat cuy. Ini meningkatkan moral aku. Kalo suara masjid berhenti aku pasti ketakutan, Bagaimana aku mengatasi ini?”, ujarnya lagi.
“All ringht kita masuk ke lokasi pembantaian. Ini garis polisinya cuy. Itu kalo gak ada suara masjid aku pasti gemeteran disini. Sekali lagi tidak ada siapa-siapa cuy,” katanya meyakinkan.
Dua alat yang disebutnya sebagai ERT dan EMF dilakukan untuk mengetes lubang-lubang galian bekas mengubur jenazah para koran Dukun Slamet.
“Ini netral what wrong,” katanya.
“Kita coba dilubang berikutnya, netral semuanya cuy netral. Padahal baru enam hari, tapi netral cuy,” selorohnya.
Alat EMF juga dipakai oleh Joe.
“Wah netral juga, ya elah banyak dari kalian yang mengatakan disini lebih angker. Tapi di Semarang lebih angker cuy,” katanya membandingkan.
“Dua liang ini netral….kita coba yang bagian atas cuy,” selorohnya.
Joe mengaku dirinya tak membawa Jay Langkung dalam kesempatan ini “Ribut cuy review kayak gini,” alasannya.
Tak hanya sampai disitu, Joe juga masuk ke dalam gubuk Dukun Slamet di kebun itu.
“Baunya sedikit sekilas aroma yang di Semarang, penemuan jenazah di plafoon itu, masih lebih pekat yang di Semarang teman-teman,” klaimnya.