PALEMBANG, SUMEKS.CO - Tiap tahun menjelang bulan suci Ramadhan, di Kota Palembang dibanjiri ulama, habib dan kyai dari penjuru tanah air dan luar negeri menghadiri Haul dan Ziarah Kubro Ulama dan Auliya Palembang Darussalam.
Haul dan Ziarah Kubro menjadi tradisi turun temurun, terutama bagi kaum Alawiyin yang bermukim di Kota Palembang dan masyarakat pencinta ulama dan Wali Allah.
Perlu diketahui bahwa habib juga ada beberapa marga, yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Dilansir dari berbagai sumber, habib sendiri secara harfiah diartikan yang dicintai, atau kekasih yang mana sebagai gelar kehormatan yang ditujukan pada keturunan ulama Hadramaut Yaman yang menyiarkan Islam di seluruh dunia.
BACA JUGA:Ziarah ke Makam Habib dan Auliya di Kambang Koci Manjadi Puncak Ziarah Kubroh Palembang 2023
Di Indonesia, habib semuanya memiliki moyang yang berasal dari Hadramaut Yaman, berdasarkan catatan pertubuhan sebagaimana yang dicatat lembaga pencatat silsilah para habib Ar Rabithah Alawiyah.
Ada kurang lebih 20 juta di seluruh dunia yang berhak menyandang gelar habib.
Menurut catatan, jumlah marga habib seluruh dunia ada sejumlah 114 marga, dan di Indonesia sendiri merupakan negara dengan populasi habib terbanyak, dan hanya disandang oleh kaum laki-laki.
Umumnya, gelar atau sebutan Habib oleh masyarakat karena ingin menghormati dan menghargai mereka yang dianggap sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.
BACA JUGA:Ribuan Jemaah Hadiri Rauhah dan Haul Ad-Da'i Ilallah Al-Habib Ahmad Bin Abdullah Al-Habsyi
Sebenarnya, penyebutan habib di setiap negara itu berbeda-beda, seperti di negara Maroko mereka lebih dikenal dengan sebutan Syarif, daerah Hijaz disebut Sayid, dan di Indonesia disebut Habib.
Dengan demikian, sebutan Habib sebenarnya merupakan suatu panggilan atau gelar yang diberikan masyarakat kepada para ulama yang memiliki garis keturunan Nabi Muhammad SAW, dengan tujuan agar dapat membedakan antar sebutan Kiyai, Ustadz, Gus atau sebutan lainnya yang lazim digunakan pada tiap daerah di Indonesia.
Para habib yang berasal dari Yaman yang dahulunya datang ke Indonesia oleh masyarakat mulanya disebut ulaidi atau ulaiti, yang kemudian menikahi perempuan Indonesia.
Dari 114 marga ada lima marga yang paling tinggi atau paling banyak jumlahnya di Indonesia, berikut lima marga tersebut berdasarkan pencatatan Ar Rabithah Alawiyah.