PALEMBANG, SUMEKS.CO – Bangunan-bangunan tua yang menjadi saksi bisu keberadaan Kesultanan Palembang hingga kini masih berdiri kokoh.
Satu diantaranya, Lawang Borotan, de Westelijke Poort van het Palembang-Sultanate Paleis atau Lawang Borotan, Gerbang Barat Keraton Kesultanan Palembang.
Lawang Borotan terletak di Jl Rumah Bari, Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Lawang Borotan dapat diartikan pintu belakang atau gerbang bagian belakang. Diperkirakan bangunan ini sudah berusia 200 tahun lebih.
BACA JUGA:Tahukah Anda Biaya Pembangunan Kantor Walikota Palembang? Konon Setara 1 Ton Emas
Lawang Borotan diperkirakan dibangun sekitar tahun 1780, era Sultan Mahmud Badaruddin I. Merupakan salah satu bangunan peninggalan Kesultanan Palembang yang memerintah dari tahun 1659 - 1823.
Lawang Borotan terdiri dua pilar atau semacam tiang besar dan dua daun pintu dari kayu yang tebal.
Tinggi daun pintunya saja sekitar empat meter yang terlihat sangat kuat dan berat. Baik bangunan beton maupun daun pintu semuanya masih asli.
Masuk kedalam dibalik pintu ada ruangan kecil, sebelum menuju dalam keraton atau benteng yang kini tidak ada lagi.
BACA JUGA:BKB Dibangun 17 Tahun oleh Pribumi, Masa Dua Raja Palembang
Saat ini bagian dalam benteng telah menjadi pemukiman warga dan bagian depan yang menghadap ke Sungai Musi adalah bagian Markas Kesdam II Sriwijaya.
Hasil penelusuran SUMEKS.CO, Lawang Borotan Lawang Borotan menjadi akses keluar masuk Sultan Mahmud Badaruddin II, jika hendak menuju kediaman Adipati Tua, di Sungai Sekanak, Palembang.
Pada tahun 1821 Benteng Kuto Besak diserang tentara kolonial Belanda. Untuk keselamatan Sultan Mahmud Badaruddin II beserta keluarga diasingkan ke Ternate, Maluku Utara.
Saat hendak diasingkan ke Ternate, Maluku Utara, Sultan Mahmud Badaruddin II, juga keluar melalui akses Lawang Borotan.
BACA JUGA:Perluasan Rumah Sakit Dr AK Gani, Diprotes Aliansi Penyelamat BKB di Palembang
Pengasingan tersebut disebut sebagai tanda berakhirnya era Kesultanan Palembang.
Pengasingan dilakukan konon untuk melemahkan Kesultanan Palembang dan mengakhiri perlawanan.
Karena Sultan Mahmud Badaruddin II, tidak pernah menyerah dan terus memberikan perlawanan.
Lawang Borotan berada di sisi Barat dan Timur dari Benteng Kuto Besak (BKB). Hingga kini bangunan peninggalan bersejarah sejak Sultan Mahmud Badaruddin I ini masih berdiri kokoh, meski kondisinya kurang terawat dan tidak dilestarikan.
BACA JUGA:Palembang Punya Banyak Destinasi Wisata, Plaza BKB Tetap Favorit
Sebagai peninggalan bersejarah dari Kesultanan Palembang, Lawang Borotan mempunyai daya tarik. Bisa jadi tempat berswafoto yang unik.
Kesultanan Palembang Darussalam
Dikutip dari laman wikipedia, Kesultanan Palembang Darussalam adalah kerajaan Melayu Islam di Sumatera yang berpusat di Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Kesultanan Palembang Darussalam diproklamirkan oleh Sri Sultan Susuhan Abdurahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam, seorang bangsawan Palembang pada tahun 1659.
Namun, dihapuskan keberadaannya oleh pemerintah Kolonial Belanda pada 7 Oktober 1823.
BACA JUGA:Lantai BKB Bersolek, ini Penampakannya
Malthe Conred Bruun, seorang petualang dan ahli geografi dari Prancis mendeskripsikan keadaan masyaraka dan kota kerajaan waktu itu telah dihuni oleh masyarakat yang heterogen, terdiri dari warga Tiongkok, Siam, Melayu dan Jawa.
Kesultanan Palembang Darussalam yang pernah berkuas dari tahun 1659 sampai 7 Oktober 1823, merupakan kesultanan terbesar di Sumatera Selatan.
Daerah kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam meliputi Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Jambi dan Lampung.
BACA JUGA:Selain Bundaran Air Mancur, Warga Juga padati Akses Jalan ke BKB Palembang
Kesultanan Palembang Darussalam menjalin hubungan diplomatik dengan Kesultanan Banten, Kesultanan Demok dan Kerajaan Blambangan di Banyuwangi.(*)