Sebelah Utara berada di Kabupaten Siak, dengan ikon sejarah Istana Asserayah Hasyimiyah (juga dikenal sebagai Istana Siak Sri Indrapura), dan sebelah Selatan berada di Kabupaten Mempura dengan ikon sejarah berupa benteng dan barak Belanda di Desa Benteng Hulu dan Desa Benteng Hilir.
Nama jembatan ini diambil dari gelar permaisuri sultan terakhir Kerajaan Siak yang mengakhiri masa pemerintahannya pada tahun 1946, atau satu tahun setelah Indonesia merdeka.
Jembatan yang menjadi kebanggaan masyarakat Siak provinsi Riau ini juga biasa disebut dengan Jembatan Siak. Bangunan megah ini menghubungkan dua kawasan yang dipisahkan oleh Sungai Siak dan menjadi penghubung utama kawasan sekitarnya.
Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah memiliki panjang 1.196 meter dengan lebar 16,95 meter ditambah dua trotoar selebar 2,25 meter yang mengapit sisi kanan dan kiri jembatan.
Ketinggian jembatan mencapai 23 meter di atas permukaan air Sungai Siak yang lebarnya sekitar 300 meter dan mampu mengangkut beban seberat 28 ton.
Di atas jembatan terdapat dua menara masing-masing setinggi 80 meter dengan ukuran 10 X 5 m2, yang digunakan untuk diorama teater dan restoran, yang dilengkapi dengan dua buah lift untuk menuju ke puncak menara.
Jembatan yang dirancang untuk bertahan lebih dari 100 tahun ini dibangun dengan sistem cable stayed, dengan konstruksi modern.
Jembatan Dompak
Jembatan Dompak di Kota Tanjungpinang.-Foto: doc/sumeks.co-
Membentang sepanjang 1,5 km, Jembatan Dompak dinobatkan sebagai jembatan terpanjang ke-2 di Pulau Sumatera.
Jembatan ini terletak di Kota Tanjungpinang. Jembatan megah ini menghubungkan kawasan kompleks pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau dengan kawasan Kota Tanjungpinang. Pembangunan jembatan ini diprakarsai oleh mantan Gubernur Kepulauan Riau, Ismeth Abdullah, pada awal tahun 2006 lalu.
Awalnya, ada dua kawasan yang menjadi opsi pembangunan jembatan, yakni Senggarang dan Pulau Dompak. Dengan berbagai pertimbangan, Pulau Dompak dipilih sebagai lokasi Pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau.
Setelah wilayah pembangunan jembatan diputuskan, pada tahun 2007 dilakukan perencanaan pembangunan awal dengan mengerjakan Detail Engineering Design (DED).
Proses peletakan batu pertama dilakukan pada Juli 2014 oleh Gubernur Muhammad Sani. Pada bulan Oktober 2015, proyek jembatan tersebut mengalami bencana yaitu runtuhnya konstruksi di P9.
Kejadian ini membuat target penyelesaian jembatan tidak tercapai dan kontraktor mengalami kerugian hingga Rp 30 miliar.