Setelah perang dunia kedua reda, tentara sekutu kembali melakukan ekspansi ke berbagai wilayah bekas jajahan tentara Jepang di Indonesia, termasuk Palembang.
BACA JUGA:Detik-detik Pergantian Malam Tahun Baru 2023 di Palembang, Warga Padati Bundaran Air
Pasukan sekutu ini juga melindungi kedatangan tentara Belanda yang semakin hari jumlahnya bertambah banyak, sekutu meninggalkan Palembang pada Maret 1946.
Tentara sekutu menyerahkan kedudukannya di Kota Palembang kepada tentara Belanda. Konflik terjadi ketika Belanda menginginkan Kota Palembang segera dikosongkan.
Permintaan tersebut ditolak seluruh rakyat Palembang sehingga berakhir dengan baku tembak pada 1 Januari 1947 di Palembang Ilir dan menyerang markas Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) di Jl Tengkuruk.
Beberapa tokoh penting yang memimpin jalannya pertempuran. Diantaranya, Kolonel Maludin Simbolon, Letnan Kolonel Bambang Utoyo, Mayor Rasyad Nawawi, dan Kapten Alamsyah.
BACA JUGA:Hotel di Palembang Gelar Perayaan Tahun Baru 2023, Intip Keseruannya
Pusat pertahanan terkuat Belanda berada di Benteng Kuto Besak, Rumah Sakit Charitas dan Bagus Kuning.
Sementara kekuatan pejuang Palembang tersebar merata di setiap tempat-tempat pertahanan Belanda.
Pada hari pertama setelah insiden penembakan di Jl Tengkuruk, pejuang Palembang menyerbu dan mengepung pasukan Belanda yang bertahan di semua sektor yang telah mereka kuasai sebelumnya.
Pertempuran berakhir hingga pukul lima sore, tetapi menjelang malam pasukan Belanda kembali menggempur menggunakan senjata lapis baja.
BACA JUGA:Malam Pergantian Tahun, Wako Palembang Gelar Zikir dan Sholawat Bersama di BKB
Beberapa tempat strategis dikuasai oleh Belanda seperti, kantor telegrap, kantor residen, kantor walikota, dan kantor pos.
Menyusul pada hari kedua dan ketiga Belanda kembali menyerbu pusat pertahanan tentara dan pejuang di kawasan Masjid Agung Palembang.
Pasukan Batalyon Geni bersama sejumlah tokoh masyarakat berhasil menghalau tentara Belanda.
Dari arah Talang Betutu, pasukan bantuan Belanda yang hendak bergabung ke Masjid Agung berhasil disergap pejuang Palembang yang dipimpin Lettu Wahid Luddien.