PALEMBANG, SUMEKS.CO - Dari dahulu hingga sekarang keberadaan Sungai Musi merupakan urat nadi Kota Palembang. Dalam catatan Belanda, pada awal abad ke-19, kota ini disebut "Venesia Dari Timur" atau kota air, karena lebih dari 100 sungai dan anak sungai mengalir di dalam kota ini.
Menurut data statistik Kota Palembang, seluas 52,24 persen kawasan ini merupakan perairan. Dengan kondisi alam yang demikian, masyarakat banyak memanfaat angkutan sungai sebagai alat transportasi baik di dalam kota maupun untuk berhubungan dengan daerah lain.
Banyaknya sungai tidak saja berpengaruh terhadap alat transportasinya, tetapi juga pada arsitektur bangunan untuk tempat tinggal para penduduk.
Bagi masyarakat Kota Palembang, keberadaan sungai-sungai berfungsi sebagai sumber makanan, mata pencaharian, dan terutama sumber air. Dengan kata lain, kondisi alam secara langsung akan mempengaruhi perilaku manusia termasuk dalam merancang bentuk arsitektur rumahnya.
Rumah Rakit Palembang adalah bentuk rumah yang tertua di Kota Palembang dan konon telah ada pada zaman Kerajaan Sriwijaya.
BACA JUGA:Heboh! Wanita Melompat ke Sungai Musi dari Jembatan Ampera, Ingin Bunuh Diri
Rumah Rakit Palembang, juga menjadi ciri khas masyarakat yang hidup di sungai sebagai tempat tinggal menetap terapung yang pertama dikenal oleh masyarakat Komering.
Rumah tersebut didirikan di atas rakit, baik rakit yang terbuat dari bambu maupun dari balok-balok kayu dengan atap nipah, sirap, dan belakangan ini menggunakan seng serta mengapung di sepanjang badan sungai.
Letak rumah yang berada di pesisir Sungai Musi ini bisa dipahami karena kehidupan masyarakat yang tidak pernah terlepas dari sungai. Pintu pada rumah rakit bisanya ada dua, satu menghadap ke sungai dan yang satunya lagi menghadap ke daratan.
Jendela biasanya berada pada sisi kiri dan kanan dinding rumah rakit, tetapi ada juga yang berada di sisi kanan dan kiri pintu masuk rumah.
Rumah Rakit Palembang bukan sekadar hunian darurat. Sejumlah rumah rakit merupakan warisan lintas generasi yang tahan dihuni puluhan tahun, meskipun bambu yang mendasari rakit dan tiang penambat perlu diganti secara periodik.
BACA JUGA:5 Fakta Sungai Musi Palembang, Sungai Terpanjang kedua di Pulau Sumatera
Agar bangunan Rumah Rakit tidak berpindah-pindah tempat, keempat sudutnya dipasang tiang yang kokoh. Ada kalanya untuk memperkokoh posisi dari rumah rakit, bangunan diikat dengan menggunakan tali besar yang terbuat dari rotan dan diikatkan pada sebuah tonggak kokoh yang ada di tebing sungai. Keberadaan tali tersebut sebagai antisipasi jika tonggak pada keempat pojok rumah Rakit rusak atau lapuk.
Berikut bahan-bahan yang digunakan untuk membangun Rumah Rakit:
1. Bambu, Bahan utama pembuatan rumah Rakit adalah Bambu. Bambu yang digunakan adalah bambu jenis manyan. Bambu ini di samping tahan lama juga besar-besar sehingga cukup bagus digunakan sebagai bahan dinding dan sebagai pelampung agar bisa mengambang di atas permukaan air.