Tingginya angka penderita justru menjadi ancaman bertambahnya jumlah korban kekerasan yang sebagian besarnya adalah perempuan.
Padahal, penderita IED pasti sudah menunjukkan pola perilaku sebelumnya. Seperti dialami Lesti Kejora sendiri, yang mengaku sebelumnya memang mengetahui jika suaminya cenderung pemarah dan beberapa kali bersikap kasar saat marah. Sejak dulu. Namun perilaku kasar suaminya makin parah setelah menikah.
Artis kesayangan para “emak emak Indonesia” ini bahkan mengaku pernah dilempar dengan bola biliar. Namun meleset.
Namun Lesti, seperti juga banyak sekali perempuan, tidak merasakan itu sebagai ancaman. Dan tetap saja melangsungkan pernikahan dengan pujaan hatinya.
Sikap pemarah sang suami dianggap hanya “sebagian kecil’ dari wataknya dan akan selalu dimaklumi.
Apalagi di negara-negara yang menganut sistem patrilineal, sistem kekerabatan di mana laki-laki dianggap lebih “berkuasa” dan posisinya lebih tinggi, para istri dituntut untuk selalu berusaha menerima sang suami apa adanya.
Sikap permisif para perempuan seperti inilah yang menjadi salah satu pemicu tingginya angka kekerasan terhadap perempuan di negeri ini.
Pasangan pesohor ini perjalanan kasihnya memang penuh drama keromantisan. Sehingga banyak penggemar yang baper melihatnya.
Siapa sangka, keromantisan itu ternyata diisi dengan perjuangan seorang Lesti Kejora yang terus berjuang bertahan pada sikap emosional dan agresif dari suaminya sendiri.
Saat Lesti akhirnya mengambil sikap tegas saat dianiaya suaminya yang ganteng itu, dengan melapor ke polisi. Simpati ramai mengalir padanya.
Lesti sudah benar. Kekerasan bukan suatu hal yang pantas untuk dimaklumi, apalagi dalam rumah tangga di mana ada seorang bocah mungil usia 8 bulan yang sedang tumbuh lucu-lucunya.
Semangat Lesti! (*)