MALANG, SUMEKS.CO - Tragedi Kanjuruhan menelan ratusan korban meninggal dunia, Peristiwa menyedihkan itu terjadi setelah tuan rumah Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya, pada pekan ke-11 Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang.
"Dalam kejadian itu, telah meninggal 127 orang, dua di antaranya adalah anggota Polri," kata Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta dalam jumpa pers, Minggu 2 Okotber 2022 dini hari.
Menurut keterangan, kebanyakan korban adalah Aremania, fan fanati Arema FC.
Sejumlah Aremania yang selamat dalam Tragedi Kanjuruhan menyebutkan kerusuhan dipicu karena tembakan gas air mata kepolisian.
BACA JUGA:Tragedi Arema Versus Persebaya, Airlangga: Turut Berduka Cita dan Usut Tuntas
Sulaiman, Aremania asal Sumberpucung, Kabupaten Malang, menceritakan bahwa suasana stadion memanas tim kesayangannya bertekuk lutut dari Persebaya dalam Derbi Jawa Timur itu.
Sejumlah suporter memprotes hasil pertandingan dan masuk ke tengah lapangan. Namun, kawanan suporter awalnya berhasil dicegah polisi. Mereka pun kembali ke tribune.
"Setelah itu, suporter bagian tribune selatan ditembak pakai gas air mata sehingga suporter yang awalnya mundur kembali ke tengah dan menyerang (polisi)," tutur Sulaiman.
BACA JUGA:Mahfud MD Menyebut Tragedi Kanjuruhan Bukan Bentrok Antarsuporter Sepak Bola
Menurutnya, tembakan gas air mata dari kepolisian menyulut emosi suporter dari tribune lain, termasuk tribune VIP.
"Yang paling banyak ditembak gas air mata itu tribune selatan. Tribune VIP tidak begitu banyak (ditembak), tetapi juga ada yang menjadi korban," kata Sulaiman.
Rohmat (36), suporter Aremania mengatakan keributan awalnya tidak berlangsung lama. Suporter yang turun ke lapangan sempat kembali ke tribune masing-masing.
BACA JUGA:Daftar Pertandingan Sepakbola yang Paling Mematikan di Dunia, Arema vs Persebaya Nomor 2
Menurut Rohmat, suporter mulai tidak terkendali ketika gas air mata ditembakkan.
"Banyak suporter yang tidak bisa bernapas dan berdesakan menghindari gas air mata sehingga tak menghiraukan yang lain," katanya.