Oleh Dahlan Iskan APA sih maunya Rusia ini Kok lama banget tidak menyelesaikan serangannya ke Ukraina Harga terigu di Indonesia sudah begini tingginya Juga harga elpiji Dan banyak lainnya Apa juga sih maunya Ukraina ini Kok begitu begitu terus Ini harga batu bara sudah tak tertahankan Dan apa sih maunya NATO itu Seperti membiarkan keadaan digantung tidak menentu Sampai sampai saya
baca berita di kantor berita asing Al Jazeera kemarin dulu orang Medan kini lebih sulit mencari Indomie di toko toko Diceritakan di situ satu orang Medan sangat fanatik Indomie Ia begitu mengeluhkan kelangkaan Indomie Harga Indomie yang biasanya Rp 2 300 Rp 2 500 kini menjadi Rp 2 700 Rp 2 800 Ia tahu sulitnya mendapat Indomie itu akibat perang di Ukraina Saya pun bertanya ke beberapa
sumber yang dekat dengan terigu Ternyata Indonesia memang impor gandum sangat besar dari Ukraina 3 juta ton Setahun Itu angka tahun 2020 Anehnya gandum dari negara lain juga terpengaruh Misalnya yang dari Australia Ikut terganggu Kami kian sulit mendapat gandum dari Australia ujar pengusaha terigu di Makassar Masih bisa dapat sih tapi harganya naik drastis katanyi Naik sampai 50 persen tambahnyi Kenaikan harga itu membuat pengusaha mie dan roti di persimpangan jalan Sebagian berani menaikkan harga jual
Sebagian lagi pilih mengurangi produksi Hanya sedikit yang berani menurunkan kualitas dengan cara mengganti bahan baku dengan terigu yang lebih murah Dengan kenaikan harga terigu sampai 50 persen tidak mungkin tidak menaikkan harga jual Pada akhirnya
Kecuali perang segera selesai Terigu kembali normal Faktor harga sangat sensitif bagi produk seperti Indomie Bisa saja awalnya produsen akan memilih menurunkan produksi Tanpa menaikkan harga Sekadar untuk mengurangi kerugian Sekalian untuk merencanakan pembentukan harga baru Sambil lihat lihat apa yang dilakukan pesaing Di tahap inilah persaingan antar produk menjadi sangat seru Kini saatnya mereka adu cerdik strategi marketing Agar kerugian bisa ditekan tapi pangsa pasar tidak dimakan pesaing
Tentu dengan perang Ukraina yang seperti slow motion ini menahan harga tidak akan bisa bertahan lama Pada akhirnya adalah laba Memang harga Indomie sampai kemarin masih Rp 2 900 bungkus Tapi harga itu bisa bertahan berapa lama lagi Untuk apa laris tapi rugi Untuk apa kian laris produknya kian besar kerugiannya Maka menaikkan harga pada akhirnya tidak bisa dihindari Apalagi bagi
produsen roti Yang harga gula pun ikutan naik Dan harga elpiji tidak mau ketinggalan Akhirnya konsumen juga yang jadi pemikul beban terakhir semua itu bukan hanya Volodymyr Zelenskyy dan apalagi Vladimir Putin Terigu ini bagi Indonesia adalah bencana nasional jangka panjang Bahkan seumur hidup Problem jangka panjang impor BBM bisa diatasi dengan mobil listrik Kalau mau Masih ada jalan Kalau bisa Tapi persoalan jangka panjang terigu akan seperti pemikul salib seumur hidup Konsumsi terigu nasional terus naik
Kenyataannya begitu Rasa mie pun kian diperbanyak Sampai pun ke rasa laksa dan rendang Bahkan rasa soto Konsumsi terigu tidak bakalan bisa turun Generasi baru kian beralih ke mie dan roti Padahal kita tidak pernah bisa menanam gandum Kita negara tropis
Gandum tidak bisa tumbuh baik di Indonesia Dari logika gandum itu terlihat ketahanan pangan kita paling rawan Gandum adalah supremasi negara Barat Tidak mungkin Barat melahirkan hasil penelitian bidang pengganti gandum Eropa sepakat krisis minyak akibat perang Ukraina harus jadi momentum penentu Perang ini harus jadi pemaksa agar Eropa beralih ke green energy Mereka tidak punya problem gandum Biar pun sedang perang mereka tetap bisa menanam gandum Sedang kita perangnya di sana sakitnya di sini Dahlan Iskan Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http disway id Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway